Anxiety

I've got a goose bump last night when having told by my friend about selebgram's trend today. I'm not talking about the good ones obviously. I'm mentioning some teenagers whom instead trying to be mature in character, rather choose to spill emotions with a really childish manner. Let me say something about this matter. First, human blessed by having social sense that lead them to built norms. But, the thing is some people don't care enough about circumstances where they lived. They just care about their existence and their way of life. Being deviant is not always wrong but it must be blunder if it based on incomplete logic. Unfortunately, some selebgram make million excuses for their illogical deviance which then received and stamped by the followers as a cool attitude. Let's think then, whether being selfish and illogical are something cool?   

Second, social media is not private, it's neither our friend nor our enemy. Social media is the thing technology give us for embracing the modern age, hopefully, in smart way. But again, some treat it as very personal space where they can share everything, literally EVERY SINGLE THING. Is that wrong? Not really until it was giving wrong idea to public. Some illogical deviance used to be covered by statements like "it's my life, not yours", "are you good enough to judge me?", "haters gonna be hate" or even the most angelic ones "I hope you did better than me". But, are those make senses? Nope. All just self-defense. Human is social being, it becomes naive to get irritate by people judging because of content that publicly shared; what goes around, comes back around. 

The last matter, A trend is the mirror of public reality. Public reality is not built by one or two person means there is no single villain. There's a long chain involved. Let say in the case of social media usage by teenagers, there are technology itself that waiting to be used, family which supposed to be the basic source of character, environment and friends that naturally become wide and wider along the way, media which giving billions idea of life and so on. When some selebgram reflects deviance trend, where went wrong? Certainly all of them need to be considered.    

As a closing, something comes to mind is an idea that "Our act should be worthwhile and if it can't be, at least don't harm other"  

Scattered mind about value

Well, this gonna be a first note in 2016 or should I say the first casual writing after such a long time. I'm actually not that busy, however work still requiring energy especially when you do it in a hectic city. Having immersed in a pile of job task, I do realized that something is missing then it suddenly comes to mind for writing this note after my student asking me about brand value.

I'm not a brand specialist or even public relation practitioner but I can't keep off from that kind of term since my job require broad range of comprehensive communication understanding.

In short, I read an article in Forbes.com talking about how to build brand value and so on. The content is interesting for sure but the most attracted ones is when it mentioned "the valuable thing is scarce. not common. only available to a few". Simply but straight to the point of my consciousness although if I take that into an example, not all thing can fit in.

Imagine when we talk about family, some people do not take it for granted but some act in reverse. Just take the example when we are in teenage era, friend or let say lover seems more important than family because family is always there while we need to fight hard to catch or keep the attention of friend and lover. At that time, family is less valuable than another people in our life. But, time goes by and the one whom always there still is family. So, should I say that the love of family which is not scarce to the point of eternal is not valuable? I don't think so. 

But, take another example. You are passing by a shop and finding a very gorgeous shoes. When you asked the stock, the keeper said it's the last one and she convince you that you can find it nowhere. You are startling and feel pressure to have it soon but the problem is it's too pricey. Then, you sadly decide to walk out but whenever you draw ahead the shop, you'll remember the shoes and imagine how beautiful you were if having that pair even when the shoes is not there anymore. So, is it acceptable for me to say the shoes is having a high value and even higher time by time? I think so.

In short, what I'm trying to say is value merely subjective. It may simply explained if it related to material things but it would be complicated if trying to describe the abstract ones. It turns important when we convince our heart to feel so and our brain to think so. Valuable thing is exist because of common things. Material value is concerned with what we want but immaterial ones take you to what you need. And nothing worth will take for granted since the most important thing is beyond the value.

    

Box of chocolate

"Life was like a box of chocolates.You never know what you're gonna get". I think about that Gump's quote lately..

Dan hasilnya.. aku tidak yakin cokelat rasa apa saja yang sudah kutelan atau kumuntahkan atau kubuang tanpa membukanya. 

Dan kira-kira, sebanyak apa cokelat enak yang telah dimakan orang beruntung hingga membuat dia sadar 'oh ya!!aku bahagia'? Yang lebih mengkhawatirkan adalah berapa banyak kotak cokelat tidak enak yang harus dipilih seseorang agar mereka wajar untuk nelangsa? Namun yang lebih dan lebih menggelisahkanku adalah kotak apa yang tidak kupertahankan padahal memiliki setengah kesempatan untuk menjadi kotak dengan rasa yang benar.

Sesungguhnya aku pernah berkata pada seseorang, "aku tidak merasa sedih untuk sesuatu yang belum kumiliki". Namun percayalah, pikiran adalah sesuatu yang paling mudah untuk bercabang, bahkan tanpa disiram!

Kemudian itu mengingatkanku pada ketidaksempurnaan manusia ditengah kesempurnaannya. Manusia bernapas dengan tanya dan butuh tidak kurang dari seumur hidup untuk mencari jawabannya. Menemukan, menyusun, menghilang, mencari ulang, menemukan lagi..terus seperti itu. Yang cukup keras tekadnya, mendapatkan lebih banyak potongan dibanding yang lemah. Tapi semuanya mendapatkan bentuknya sendiri, selesai atau tidak selesai. Hanya saja yang tidak cukup beruntung akan mengoleksi lubang-lubang yang lebih banyak. Lubang-lubang yang menyisakan pertanyaan favorit "what if?"

Dan bagiku pikiran itu wajar, bukankah manusia terlalu kompleks untuk hanya berdiri di 'saat ini', tanpa menoleh masa lalu atau tanpa memikirkan masa depan? 

Sebentar, itu belum semua, ada juga yang mendamba untuk bisa memutar waktu atau punya kehidupan yang berbeda (yang dia percaya sungguh adalah miliknya, andai saja dia...). Wah, makin banyak pekerjaan kita ya..

Dan, semakin dirunut akan mengundang lebih banyak pertanyaan. Mungkin yang hanya bisa kulakukan untuk kegelisahan seperti ini adalah mengelompokkan kotak yang sudah kupunya, yang enak dan yang tidak enak. Menumpuknya tinggi untuk kulihat-lihat dan bersenandung "ah, ini dia lubangnya" kemudian berharap lebih tinggi dari si tumpukan agar diberikan kenyataan untuk berkata "aku menemukan potongan yang tepat untuk mengisinya".

The Secret that Revealed

This is a story... tentang kebohongan yang terungkap dan menjadi cerita yang terus berulang-ulang di tiap masa. Masing-masing orang menghadapinya dengan cara yang berbeda. Pemakluman ataukah hukuman, keduanya adalah pilihan. 'White lie'-bohong putih, lucu sekali.. bagiku kebohongan tidak berwarna. White or Dark, lie is lie. Sebetulnya aku yakin, karena manusia tidak ada yang sempurna maka mereka pasti pernah berbohong, lie is such a natural thing for human but it becomes bad when transforming into habit and more worse if it hurt the other's feeling.

Tetapi, kebohongan berteman dengan kepercayaan. Sesungguhnya jika tidak ingin dibohongi maka jangan pernah mempercayai, as simple as that. Hampir mirip dengan kisah le petit prince, jika tidak ingin terluka maka jangan mau dijinakkan, jika tidak ingin berpisah maka tidak usah bertemu. Hidup adalah tentang memilih, ingin mencoba untuk merasa atau tidak sama sekali.

Lalu apa yang hilang setelah kebohongan datang? Tak usah ditanya, semuanya lenyap dalam sekejap karena satu kebohongan menjelaskan semua delusi kebenaran. Kepercayaan tidak bernilai, tak harus membelinya dengan uang, namun karena itu pula dia tidak dapat dibayar atau dikembalikan. Relakan kata orang-orang, sungguh tidak semudah itu sebenarnya. Mencapai kata rela dan ikhlas butuh proses yang panjang saat pemakluman tidak berdaya lagi untuk digunakan. Kemudian apa, revenge? only thinking about it already make me happy though BUT is that worth? I meant for that kind of person? Mengucurkan energi dan emosi hanya untuk mereka yang berbohong, sama saja dengan menimbun kesalahan.

It would be better to let it go but I forgive not forget. Hati bukan padang pasir yang ketika angin bertiup, jejak kaki bisa dengan mudahnya menghilang. Terima kasih untuk kebohongan, dengannya aku belajar tentang kepercayaan. Then, the story is end up like this. Applause. 

 

Revenge

Ketika pandangan terus terpaku pada satu titik, lama kelamaan titik itu menjadi semakin kabur. Mata tak lagi bisa membedakan apakah yang dilihat saat ini adalah sesuatu yang asli atau sekedar bayangan. Tidak mampu mengganti fokus karena memang terus menginginkannya atau kemudian hanya menjadi sekesar obsesi? Kesadaran selalu datang terlambat, kata orang-orang, tapi lebih baik daripada tidak datang sama sekali.

Ketika titik itu menjadi berkabut, cepat saja alihkan mata, pandang ke arah lain. Jika memang titik itu meminta untuk diperjuangkan, dan mungkin itu karena kehendak terdalam, apapun yang terjadi semua hal akan mengarah kembali kepada fokus yang sama. Tetapi setelah memberikan mata sebuah pandangan yang lain dan kemudian menyadari bahwa citra yang terbentuk selama ini ternyata sudah berubah menjadi sekedar kenangan bukan lagi bentuk fisik yang sebenarnya, mungkin saat itulah diri harus terus melangkah.

Take a deep breath and looking for another option must be the best revenge for something's that already have had enough to fight. 

When you lost urself

When you feel like you're out of nowhere, what will you do? For me, I will stop and cry out loud. But, it's never enough, I'll never find the way out if I just stand in the same place, begging for help. That's the unique thing for being mature, you're pushed to face anything alone, Yap! there're still family and friends out there,but they have their own and you must do your own instead of mourning in the dark. Because everything   bad now, never means to be bad for the whole time besides you supposed to allow it. 

Sometimes, I'm reading myself with one person's life. I said if I were her (it used to be her,not him by the way) maybe I'm happier right now. But, when I keep asking, I found something odd in there, how come if I am truly her and I look at another's life then I still dreaming to be someone different than me at that time. So, it's not about who has the better life instead of taking my life in sincere. It becomes a must to finding our own happiness, because we can make other people happy when we're happy. Life never promise anything besides life itself. It depends on us to live it well or to ruin it.

The Explorers

Buku-buku petualangan adalah jenis buku terbaik yang mengajarkan tentang kehidupan. Buku-buku yang terlibat dan melibatkan diri dengan kondisi yang diceritakan. Jenis buku yang mampu membuat pembaca berkata "oh,jadi seperti itu..oh,begitu...". Buku yang tidak hanya kuidamkan untuk dibaca tapi mampu kualami sendiri. Penulis buku-buku ini adalah the explorers, mereka menemukan, mencari dan masuk kedalam kehidupan objek tulisan lalu menyerap saripati pelajaran yang tidak terlihat dari permukaan. Aku percaya selentingan yang mengatakan, semakin jauh berjalan dari tempat asal maka semakin banyak yang akan ditemukan..

The other-nya  Ryszard Kapuscinski salah satu highly recommended untuk buku jenis ini. Meskipun tidak kaya akan detail namun pesan yang ingin disampaikan jelas dan menusuk. Betapa kita adalah orang lain bagi orang di luar diri kita. Betapa mempertajam perbedaan tidak akan menjadikan persamaan. Betapa penghormatan terhadap orang lain adalah esensi kedamaian hidup. Dan saat ini, aku sedang membaca satu buku bagus lagi, judulnya selimut debu yang ditulis Agustinus Wibowo. Berkisah tentang petualangan sang penulis menyusuri lembah Afghanistan hingga ke batas-batas teritorinya. 

Buku ini seolah menguak tabir kehidupan masyarakat Afghan yang tidak banyak tersorot mata dunia. Tentang bagaimana mereka menjalani hidup sehari-hari berdampingan dengan senjata dan keterbatasan tapi masih menerima tamu bak raja, dimana yang ada bukan hanya padang tandus dan bukit terjal namun deretan gunung dan lembah juga terus menghampar seperti permadani persia, ketika kedai teh 'samovar' menjadi pusat berita dan interaksi yang hanya diakses para pria, mengapa super-machoisme sangat diagungkan namun tetap ada kefanatikan pada pernik bunga, sejauhmana perempuan boleh terlihat dan alasan mereka harus anonim di balik burqa. Tentang Afghanistan -dulu, sekarang dan mimpi masa depan. Tentang pemberontakan dan idealisme. Tentang kepercayaan dan ragam budaya. Tentang Khaak..tentang debu yang menyelimuti Afghanistan dari masa ke masa.